Minggu, 11 Oktober 2015

Linguistik dan Sejarahnya

Perkembangan Ilmu Bahasa
Ilmu bahasa yang dipelajari saat ini bermula dari penelitian tentang bahasa sejak zaman Yunani (abad 6 SM). Secara garis besar studi tentang bahasa dapat dibedakan antara (1) tata bahasa tradisional dan (2) linguistik modern.
Tata bahasa Tradisional
Istilah Tradisional dalam ilmu linguistik sering dipertentangkan dengan istilah struktural, sehingga dalam pendidikan formalada istilah tata bahas tradisional dan tata bahasa struktural. Kedua jenis tata bahasa ini banyak dibicarakan orang sebagai dua hal yang dipertentangkan, sebagai akibat  dari pendekatan keduanya yang tidak sama terhadap hakikat bahasa. Tata bahasa tradisional menganalisis  bahasa berdasarkan filsafat dan semantik; sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam bahasa tertentu. Dalam kata kerja, misalnya, tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yanag menyatakan tindakan atau kejadian, sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi dengan frase bagaimana terbentuknya tata bahas tradisional yang telah melalui masa yang sangata panjang akan di bicarakan berikut ini, mulai zaman yunani sampai menjelang munculnya linguistik modern di sekitar akhir abad 19.
Linguistik zaman yunani
Study bahasa pada zaman yunani mempunya sejarah yang sangat panjang lebih kurang abad ke 5 S.M. sampai lebih kurang abad 2 M. jadi lebih kurang 600tahun. Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu adalah 1. Pertentangan antara fisis dan nomos, dan 2. Pertentangan antara analogi dan anomali. Para filsuf yunani mempertanyakan, apakah bahas itu bersifat alami(fisis) atau bersifat konvensi ( nomos). Bersifat alami atau fisis maksudnya adalah bahasa mempunyai hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi atau tidak dapat diganti di luar manusia itu sendiri. Oleh karena itu tidak dapat ditolak. Dalam bidang smantik, kaum yang menganut paham ini adal kaum naturalis, berpendapat bahwa setiap kata memiliki hubungan benda yang ditunjukkan. Atu dengan kata lan, setiap katamemilikimakna secara alami. Misalnya kata-kata onomatope, atau kata-kata yang terbentuk berdasarkan peniruan bunyi. Sebaliknya kelompok kaum konvensional berpendapat bahwa bahasa bersifat konvensi. Artinya, makna kata itu diperoleh dari hasil tradisi atau kebiasaan yang mempunyai kemungkinan bisa berubah.
Pertentangan analogi dan anomali menyangkut masalah bahasa itu sesuatu yang teratur atau tidak teratur. Kaum analogi, antara lain Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa bahasa itu bersifat teratur. Karena adanya keteraturan itulah orang dapat menyusun tata bahasa. Sebaliknya, kelompok anomali berpandapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Jika bahasa itu taratur, mengapa bentuk jamak bahasa inggris child menjadi children bukannya childs; mengapa bentuk past tense dari write menjadi wrote, dan bukannya writed? Dari keterangan di atas tampak bahwa kaum anomali sejalan dengan kaum naturalis, dan kaum analogi dengan kaum konvensional.
Dari studi bahasa pada zaman Yunani ini kita mengenal nama beberapa kaum atau tokoh yang mempunyai peranan besar dalam studi bahasa ini, seperti :
Kaum Sophis Kaum ini muncul pada abad ke-5 SM. Mereka dikenal dalam studi bahasa antara lain, karena;
1.      Mereka melakukan kerja secara empiris
2.      Mereka melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran tertentu.
3.      Mereka sangat mementingkan bidang retroika dalam studi bahasa.
4.      Mereka membedakan tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.
Salah satu tokoh Sophis adalah Protagoras, mebagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa, dan undangan. Tokoh lainnya, Georgias, membicarakan gaya bahasa seperti yang kita kenal sekarang.

Plato
Plato berpendapat bahwa bahasa adalah physei atau mirip realitas; sedangkan Aristoteles mempunyai pendapat sebaliknya yaitu bahwa bahasa adalah
thesei atau tidak mirip realitas kecuali onomatope dan lambang bunyi  (sound symbolism). Pandangan Plato bahwa bahasa mirip dengan realitas atau non-arbitrer diikuti oleh kaum naturalis; pandangan Aristoteles bahwa bahasa tidak mirip dengan realitas atau arbitrer diikuti oleh kaum konvensionalis. Perbedaan pendapat ini juga merambah ke masalah keteraturan (regular) atau ketidakteraturan (irregular) dalam bahasa. Kelompok penganut pendapat adanya keteraturan bahasa adalah kaum analogis yang pandangannya tidak berbeda dengan kaum naturalis; sedangkan kaum anomalis yang berpendapat adanya ketidakteraturan dalam bahasa mewarisi pandangan kaum konvensionalis. Pandangan kaum anomalis mempengaruhi pengikut aliran Stoic. Kaum Stoic lebih tertarik pada masalah asal mula bahasa secara filosofis. Mereka membedakan adanya empat jenis kelas kata, yakni nomina, verba, konjungsi dan artikel. Aristoteles (384-322 SM) Dia adalah salah satu murid Plato. Dalam studi bahasa dia terkenal karena:
Dia menambahkan satu kelas kata lagi atas pembagian yang di buat gurunya, Plato, yaitu syndesmoi. Jadi menurutnya ada kelas kata, yaitu onoma, rhema, dan syndesmoi. Yang dimaksud dengan syndesmoi adalah kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Jadi, syndesmoi itu sama dengan kelas preposisi dan konjugasi yang kita kenal sekarang.Dia membedakan jenis kelamin kata (gender) menjadi tiga, yaitu, maskulin feminin, dan neutrum.
Hal yang perlu diketahui adalah bahwa Aristoteles selalu bertolak dari logika. Dia  memberikan pengertian, definisi, konsep, makna, selalu berdasarkan logika.
Kaum Stoik Kaum ini adalah kelompok ahli filsafat yang berkembang  pada permulaan abad ke- 4. Dalam studi bahasa kaum Stoik terkenal karena:
1.   Mereka membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa.
2.   Mereka menciptakan istilah-istilah khusus untuk studi bahasa.
3.   Mereka membedakan tiga komponen utama dalam studi bahasa, yaitu(1) tanda, sibol, sign, dan semainon; (2) makna, apa yang disebut , semainonem, atau lekton; (3) hal-hal diluar bahasa yakni benda atau situasi.
4.   Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna, dan properetal, yaitu ucapan bunyi yang mengandung makna.
5.   Mereka membagi jenis kata menjadi empat, yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan arthoron, yaitu kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah.
6.   Mereka membedakan adanya kata kerja komplet dan kata kerja tak komplet, serta kata kerja aktif dan pasif. Dari uraian di atas tampak bahwa yang telah dihasilkan oleh kaum Stoik lebih jauh daripada yang dihasilkan oleh atau pada masa Aristoteles.
Kaum Alexandrian
Kaum ini menganut paham analogi dalam studi bahasa. Oleh karena itulah dari mereka kita mewarisi sebuah buku tata bahasa yang disebut  Tata Bahasa Dionysius Thax. Buku ini lahir lebih kurang tahun 100 SM dan diterjemahkan kedqalam bahasa latin oleh Remmius Palaemon pada permulaan abad pertama masehi dengan judul  Ars Grammatika. Buku inulah yang kemudian dijadikan model dalam penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya. Sejaman dengan sarjana- sarjana Yunani di atas, di India pada tahun 400 SM. Panini, seorang sarjana hindu, telah menyusun kurang lebih 4000 pemerian tentang struktur bahasa sansekerta dengan prinsip-prinsip dan gagasan yang masih dipakai dalam linguistik modern. Leonard Bloomfield (1887-1949), seorang tokoh linguis struktural Amerika, menyebut Panini sebagai  one of the greatest monuments of human intelligence karena buku tata bahasa Panini, yaitu  Astdhyasi merupakan deskripsi lengkap dari bahasa sansekerta yang pertama kali ada. Varro dan De Lingua Latina
Varro adalah tokoh pada zaman Romawi kuno. Karyanya adalah De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae. Dalam bukunya De Lingua, Varro masih juga memperdebatkan masalah anomali dan analogi seperti zaman Stoik di Yunani. Buku ini di bagi dalam bidang-bidang etimologi, morfologi, dan sintaksis. Apa yang dibicarakan dalam bukunya itu mengenai bidang-bidang tersebut dibicarakan secara sangat singkat.
Etimologi, adalah cabang ilmu linguistik yang menyelidiki asal usul kata beserta artinya. Dalam bidang ini Varro mencatat adanya perubahan bunyi yang terjadi dari zaman ke zaman, dan perubahan makna kata. Kelemahan Varro dalam bidang ini adalah dia menganggap kata-kata Latin dan Yunani yang berbentuk sama adalah pinjaman langsung. Padahal banyak dari kata Latin dan Yunaniyang harus direkonstruksikan kembali kepada satu bahasa purba atau bahasa proto yang lebih tua. Morfologi, adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan kata dan pembentukannya. Menurut Varro, kata adalah bagian dari ucapan yang tidak dapat dipisahkan lagi,dan merupakan bentuk minimum. Menurut Varro, dalam bahasa latin ada kata-kata yang terjadi decara analogi, dan ada juga yang terjadi secara anomali. Sintaksis, bidang inimembicarakan hal yang disebut oratio, yaitu tata susun kata yang berselaras dan menunjukan kalimat itu selesai Dalam menyusun kata-kata varro membagi kelas kata dalam empat bagian, yaitu :
·         Kata benda termasuk kata sifat, yakni kata yang berinfleksi kasus
·         Kata kerja, yaknikata yang membuat pernyataan, yang berinfleksi รข€tense
·         Partisipel yakni kata yang menghubungkan (dalam sintaksis kata benda dan kata keja), kata yang berinfleksi kasus dan tense
·          Adverbium yakni kata yang mendukung (anggota bawahan dari kata kerja), yang tidak berinfleksi.
Kategori kata dibedakan atas tense, time dan aspect serta aktif dan pasif, perhatikan bagan berikut
time past present Futurn, aktif Aspek, Tak komplet komplet, Discembam, Didiceram, Disco, Didici, Discam, Didicero, pasif Tak komplet, komplet, Amabar, Amatuseram, Amor, amatussum, Amabor, Amatuser.
Zaman Pertengahan
Studi bahasa pada zaman ini di Eropa mendapat perhatian penuh, terutama oleh para filsuf skolastik, dan bahasa latin menjadi lingua franca, karena dipakai sebagai bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan. Yang patut dibicarakan dalam studi bahasa pada zaman ini antara lain adalah peranan Kaum Modistae, Tata Bahasa Skulativa, dan Petrus Hispamus.
a. Kaum Modistae masih membicarakan pertentengan antara fisis dan nomos, analogi dan anomali. Kaum ini menerima konsep analogi karena menurut merekabahasa itu bersifat reguler dan universal. Mereka juga memperhatikan aspek semantiksebagai dasar penyebutan definisi-definisi bentuk bahasa, mereka juga mencari sumber makna. Maka, berkembanglah bidang etimologi pada zaman ini.
b. Tata Bahasa SpekulativaI, merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa latin kedalam filsafat skolastik. Menurut Tata Bahasa Spekulativa, kata tidak secara langsung mewakili alam dari segala benda yang ditunjuk. Kata hanya mewakili hal adanya benda itu dalam pelbagai cara, modus, substansi, aksi, kualitas
c. Petrus Hispanus. Beliau pernah menjadi Paus pada tahun 1276-1277, dengan gelar Paus Johannes XXI. Bukunya berjudul Summulae Logicales. Peranannya dalam bidang linguistik adalah:
1. Dia telah memasukan psikologi dalam analisis makna bahasa. Dia juga membedakan antara signifikasi utama dan konsignifikasi, yaitu pembedaan pengertian yang dikandung pada bentuk akar dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan.
2. Dia telah membedakan nomen atas dua macam, yaitu nomen Substantivum dan Adjectivum
3. Dia juga telah membedakan Partes Orationes atas categorematic dan Syntategorematic. Categorematic adalah semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau predikat. Sedangkan Syntategorematic adalah semua bentuk tutur lainnya.
Linguistik Strukturalis
Jika linguistik tradisional selalu menerapkan pola-pola tata bahasa Yunani dan latin dalam mendeskripsikan suatu bahasa, maka linguistik strukturalis tidak demikian. Linguistik struturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan-pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh Bapak Linguistik Modern, Ferdinand de Saussure. Ferdinand de Saussure Ferdinand de Saussure (1857-1913) dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern berdasarkan pandangan yang dimuat dalam bukunya Course de Linguistique Generale. Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep (1) telaah sinkronik dan diakronik, (2) perbadaan parole dan langue (3) perbedaan signifiant dan signifie, (4) hubungan sintagmatik dan paragdimatik, banyak berpengaruh dalam perkembangan linguistik di kemudian hari Aliran Glosemantik Aliran inilahir di Denmark. Tokohnya antara lain adalah, Loise Hjemslev (1899-1965), yang meneruskan ajaran Ferdinad de Saussure. Namanya menjadi terkenal karena usahanyauntuk membuat ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan peralatan, metodologis, dan terminologis sendiri. Sejalan dengan pendapat de Saussure, Hjemslev menganggap bahasa itu mengandung dua segi, yaitu segi  ekspresi dan segi isi. Masing-masing segi mengandung forma dan substansi, sehingga diperoleh forma ekspresi, substansi ekspresi, forma isi dan substansi isi. Pembedaan forma dari substansi berlaku untuk semua hal yang ditelaah secara ilmiah. Sedangkan pembedaan ekspresi dari isi hanya berlaku sebagai telaah bahasa saja.
Aliran Firthian
John R. Firth (1890-1960) guru besar pada Universitas London sangat terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi. Karena itulah, aliran yang dikembangkannya ini disebut Aliran Prosodi. Fonologi Prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis. Fonologi Prosodi terdiri dari stuan-satuan fonematis dan satuan prosodi. Satuan fonematis berupa unsur-unsur segmental, yaitu konsonan dan vocal, sedangkan satuan prosodi berupa ciri atau sifat struktur yang lebih panjang daripada suatu segmen tunggal. Ada tiga macam Prosodi, yaitu; (1) Prosodi yang menyangkut gabungan fonem: struktur kata, struktur suku kata, gabungan konsonan, dan gabungan vocal. (2) prosodi yang terbentuk oleh sendi atau jeda; (3) prosodi yang realisasi fonetisnya melampaui satuan yang lebih besardaripada fonem suprasegmental. Firth berpandapat bahwa, telaah bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis. Tiap tutur kata harus dikaji dalam konteks situasinya, yaitu orang-orang yang berperan dalam masyarakat, kata-kata yang mereka ungkapkan, dan hal-hal lain yang berhubungan.
Linguistik Sistemik
Nama aliran linguistik sistemik tidak dapat dilepaskandari nama M.A.K Halliday, yaitu salah seorang murid Firth yang mengembangkan teori Firth mengenai bahasa, khususnya yang berkaitan dengan segi kemasyarakatan bahasa. Sebagai enerus Firth, maka teori yang dikembangkan oleh Halliday dikenal dengan Neo-Firthian Linguistic atau Scale Category Linguistic. Pandangan beliau tentang systemic linguistics(SL) adalah :
Pertama, SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa, terutama mengenai fungsi kemasyarakatan bahasa dan bagaimana fungsi kemasyarakatan itu terlaksana dalam bahasa.
Kedua, SL memandang bahasa sebagai pelakasana. SL mengakui pentingnya perbedaan langue dari parole(seperti yang dikemukakan Ferdinand de Saussure). Parole merupakan perilaku kebahasaan yang sebenarnya, sedangkan langue adalah jajaran pikiran yang dapat dipilih oleh seorang penutur bahasa.
Ketiga, SL lebih mengutamakan pemerian ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasi-variasinya, tidak atau kurang tertarik pada semestaan bahasa.
Keempat, SL mengenal adanya gradasi atau kontinum. Batas butir-butir bahasa seringkali tidak jelas. Misalnya saja bentuk yang gramatika dan yang tidak gramatikal. Leonard Bloomfield dan Strukturalis America Nama Bloomfield (1877-1949) jadi sangat terkenal karena bukunya yang berjudul Language, terbit pertama kali tahun 1933, selalu dikaitkan dengan aliran struktural Amerika. Istilah struktural sebenarnya dapat dikenakan kepada semua aliran linguistik, sebab semua aliran linguistik pasti berusaha menjelaskan seluk beluk bahasa berdasarkan strukturnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran ini, salah satunya adalah; pada masa itu para ahli linguistik di Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yang belum diperikan. Faktor lain adalah, karena Bloomfield bersikap menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada masa itu di Amerika yaitu filsafat behaviorisme. Satu hal yang menarik dan merupakan ciri aliran struturalis Amerika ini adalah cara kerja mereka yang sangat menekankan pentingnya data yang objektif untuk memerikan suatu bahasa, dan pendekatannya bersifat Empirik.Aliran Bloomfield disebut aliran Taksonomi, karena bermula dari gagasan Bloomfield sendiri. Disebut aliran Taksonomi karena aliran ini menganalisis kalimat.
Tata bahasa Transformasi Dapat dikatakan tata bahasa transformasi lahir dengan terbitnya buku Noam Chomsky yang berjudul Syntatic Struture pada tahun 1957, yang kemudian dikembangkan karena adanya kritik dan saran dari berbagai pihak. Nama yang dikembangkan untuk model tata bahasa yang dikembangkan olek Chomsky adalah Transformational Generative Grammar. Menurut Chomsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah untuk menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut. Bahasa dapat dianggap sebagai kumpulan kalimat yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna. Maka, tugas tata bahasa haruslah dapat menggambarkan hubungan bunyi dan arti dalam bentuk kaidah-kaidah yangtepat dan jelas. Menurut Chomsky, adalah merupakan teori dari bahasa itu sendiri dan tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu :
Pertama, kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar  dan tidak dibuat-buat.
Kedua, tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori lingustik itu sendiri. Sejalan dengan konsep langue dan parole dari de Saussure, maka Chomsky membedakan adanya kemampuan (competence) dan  perbuatan bahasa (performance). Kemampuan adalah pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenai bahasanya sedangkan perbuatan berbahasa adalah pemakaian bahasa itu sendiri dalam keadaan yang sebenarnya.
Linguistik Modern Linguistik Abad 19
Pada abad 19 bahasa Latin sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam pemerintahan atau pendidikan.
objek penelitian adalah bahasa-bahasa yang dianggap mempunyai hubungan kekerabatan atau berasal dari satu induk bahasa. Bahasa-bahasa dikelompokkan ke dalam keluarga bahasa atas dasar kemiripan fonologis dan morfologis.
Dengan demikian dapat diperkirakan apakah bahasa-bahasa tertentu berasal dari bahasa moyang yang sama atau berasal dari bahasa proto yang sama sehingga secara genetis terdapat hubungan kekerabatan di antaranya. Bahasa-bahasa Roman, misalnya secara genetis dapat ditelusuri berasal dari bahasa Latin yang menurunkan bahasa Perancis, Spanyol, dan Italia. Untuk mengetahui hubungan genetis di antara bahasa-bahasa dilakukan metode komparatif. Antara tahun 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya. Pada tahun 1870 itu para ahli bahasa dari kelompok Junggramatiker atau Neogrammarian berhasil menemukan cara untuk mengetahui hubungan kekerabatan antarbahasa berdasarkan metode komparatif. Beberapa rumpun bahasa yang berhasil direkonstruksikan sampai dewasa ini antara lain:
Rumpun Indo-Eropa: bahasa Jerman, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavis, Roman, Keltik, Gaulis. Rumpun Semito-Hamit: bahasa Arab, Ibrani, Etiopia. Rumpun Chari-Nil; bahasa Bantu, Khoisan.
Rumpun Dravida: bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam.
Rumpun Austronesia atau Melayu-Polinesia: bahasa Melayu, Melanesia, Polinesia.
Rumpun Austro-Asiatik: bahasa Mon-Khmer, Palaung, Munda, Annam.
Rumpun Finno-Ugris: bahasa Ungar (Magyar), Samoyid.
Rumpun Altai: bahasa Turki, Mongol, Manchu, Jepang, Korea.
Rumpun Paleo-Asiatis: bahasa-bahasa di Siberia.
Rumpun Sino-Tibet: bahasa Cina, Thai, Tibeto-Burma.
Rumpun Kaukasus: bahasa Kaukasus Utara, Kaukasus Selatan.
Bahasa-bahasa Indian: bahasa Eskimo, Maya Sioux, Hokan
Bahasa-bahasa lain seperti bahasa di Papua, Australia dan Kadai.
Ciri linguistik abad 19 sebagai berikut:
1) Penelitian bahasa dilakukan terhadap bahasa-bahasa di Eropa, baik bahasa-bahasa Roman maupun nonRoman.
2) Bidang utama penelitian adalah linguistik historis komparatif. Yang diteliti adalah hubungan kekerabatan dari bahasa-bahasa di Eropa untuk mengetahui bahasa-bahasa mana yang berasal dari induk yang sama. Dalam metode komparatif itu diteliti perubahan bunyi kata-kata dari bahasa yang dianggap sebagai induk kepada bahasa yang dianggap sebagai keturunannya. Misalnya perubahan bunyi apa yang terjadi dari kata barang, yang dalam bahasa Latin berbunyi causa menjadi chose dalam bahasa Perancis, dan cosa dalam bahasa Italia dan Spanyol.
3) Pendekatan bersifat atomistis. Unsur bahasa yang diteliti tidak dihubungkan dengan unsur lainnya, misalnya penelitian tentang kata tidak dihubungkan dengan frase atau kalimat.

Linguistik Abad 20
Pada abad 20 penelitian bahasa tidak ditujukan kepada bahasa-bahasa Eropa saja, tetapi juga kepada bahasa-bahasa yang ada di dunia seperti di Amerika (bahasa-bahasa Indian), Afrika (bahasa-bahasa Afrika) dan Asia (bahasa-bahasa Papua dan bahasa banyak negara di Asia). Ciri-cirinya:
1)      Penelitian meluas ke bahasa-bahasa di Amerika, Afrika, dan Asia.
2)      Pendekatan dalam meneliti bersifat strukturalistis, pada akhir abad 20 penelitian yang bersifat fungsionalis juga cukup menonjol.
3)      Tata bahasa merupakan bagian ilmu dengan pembidangan yang semakin rumit. Secara garis besar dapat dibedakan atas mikrolinguistik, makro linguistik, dan sejarah linguistik.
4)      Penelitian teoretis sangat berkembang.
5)      Otonomi ilmiah makin menonjol, tetapi penelitian antardisiplin juga berkembang.
6)      Prinsip dalam meneliti adalah deskripsi dan sinkronis
Keberhasilan kaum Junggramatiker merekonstruksi bahasa-bahasa proto di Eropa mempengaruhi pemikiran para ahli linguistik abad 20, antara lain Ferdinand de Saussure. Sarjana ini tidak hanya dikenal sebagai bapak linguistik modern, melainkan juga seorang tokoh gerakan strukturalisme. Dalam strukturalisme bahasa dianggap sebagai sistem yang berkaitan (system of relation). Elemen-elemennya seperti kata, bunyi saling berkaitan dan bergantung dalam membentuk sistem tersebut.
Beberapa pokok pemikiran Saussure:
(1)   Bahasa lisan lebih utama dari pada bahasa tulis. Tulisan hanya merupakan sarana yang mewakili ujaran.
(2)   Linguistik bersifat deskriptif, bukan preskriptif seperti pada tata bahasa tradisional. Para ahli linguistik bertugas mendeskripsikan bagaimana orang berbicara dan menulis dalam bahasanya, bukan memberi keputusan bagaimana seseorang seharusnya berbicara.
(3)   Penelitian bersifat sinkronis bukan diakronis seperti pada linguistik abad 19. Walaupun bahasa berkembang dan berubah, penelitian dilakukan pada kurun waktu tertentu.
(4)   Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang bersisi dua, terdiri dari significant (penanda) dan signifie (petanda). Keduanya merupakan wujud yang tak terpisahkan, bila salah satu berubah, yang lain juga berubah.
(5)   Bahasa formal maupun nonformal menjadi objek penelitian.
(6)   Bahasa merupakan sebuah sistem relasi dan mempunyai struktur.
(7)   Dibedakan antara bahasa sebagai sistem yang terdapat dalam akal budi pemakai bahasa dari suatu kelompok sosial (langue) dengan bahasa sebagai manifestasi setiap penuturnya (parole).
(8)   Dibedakan antara hubungan asosiatif dan sintagmatis dalam bahasa. Hubungan asosiatif atau paradigmatis ialah hubungan antarsatuan bahasa dengan satuan lain karena ada kesamaan bentuk atau makna. Hubungan sintagmatis ialah hubungan antarsatuan pembentuk sintagma dengan mempertentangkan suatu satuan dengan satuan lain yang mengikuti atau mendahului.
Gerakan strukturalisme dari Eropa ini berpengaruh sampai ke benua Amerika. Studi bahasa di Amerika pada abad 19 dipengaruhi oleh hasil kerja akademis para ahli Eropa dengan nama deskriptivisme. Para ahli linguistik Amerika mempelajari bahasa-bahasa suku Indian secara deskriptif dengan cara menguraikan struktur bahasa. Orang Amerika banyak yang menaruh perhatian pada masalah bahasa. Thomas Jefferson, presiden Amerika yang ketiga (1801-1809), menganjurkan agar supaya para ahli linguistik Amerika mulai meneliti bahasa-bahasa orang Indian. Seorang ahli linguistik Amerika bemama William Dwight Whitney (1827-1894) menulis sejumlah buku mengenai bahasa, antara lain Language and the Study of Language (1867). Tokoh linguistik lain yang juga ahli antropologi adalah Franz Boas (1858-1942). Sarjana ini mendapat pendidikan di Jerman, tetapi menghabiskan waktu mengajar di negaranya sendiri. Karyanya berupa buku Handbook of American Indian languages (1911-1922) ditulis bersama sejumlah koleganya. Di dalam buku tersebut terdapat uraian tentang fonetik, kategori makna dan proses gramatikal yang digunakan untuk mengungkapkan makna. Pada tahun 1917 diterbitkan jurnal ilmiah berjudul International Journal of American Linguistics. Pengikut Boas yang berpendidikan Amerika, Edward Sapir (1884-1939), juga seorang ahli antropologi dinilai menghasilkan karya-karya yang sangat cemerlang di bidang fonologi. Bukunya,
Language (1921) sebagian besar mengenai tipologi bahasa. Sumbangan Sapir yang patut dicatat adalah mengenai klasifikasi bahasa-bahasa Indian. Pemikiran Sapir berpengaruh pada pengikutnya, L. Bloomfield (1887-1949), yang melalui kuliah dan karyanya mendominasi dunia linguistik sampai akhir hayatnya. Pada tahun 1914 Bloomfield menulis buku  An Introduction to Linguistic Science. Artikelnya juga banyak diterbitkan dalam jurnal  Language yang didirikan oleh Linguistic Society of America tahun 1924. Pada tahun 1933 sarjana ini menerbitkankan buku Language yang mengungkapkan pandangan behaviorismenya tentang fakta bahasa, yakni  stimulus-response atau rangsangan-tanggapan. Teori ini dimanfaatkan oleh Skinner (1957) dari Universitas Harvard dalam pengajaran bahasa melalui teknik  drill. Dalam bukunya Language, Bloomfield mempunyai pendapat yang bertentangan dengan Sapir. Sapir berpendapat fonem sebagai satuan psikologis, tetapi Bloomfield berpendapat fonem merupakan satuan behavioral. Bloomfield dan pengikutnya melakukan penelitian atas dasar struktur bahasa yang diteliti, karena itu mereka disebut kaum strukturalisme dan pandangannya disebut strukturalis.
Bloomfield beserta pengikutnya menguasai percaturan linguistik selama lebih dari 20 tahun. Selama kurun waktu itu kaum Bloomfieldian berusaha menulis tata bahasa deskriptif dari bahasa-bahasa yang belum memiliki aksara. Kaum Bloomfieldian telah berjasa meletakkan dasar-dasar bagi penelitian linguistik di masa setelah itu.
Bloomfield berpendapat fonologi, morfologi dan sintaksis merupakan bidang mandiri dan tidak berhubungan. Tata bahasa lain yang memperlakukan bahasa sebagai sistem hubungan adalah tata bahasa stratifikasi yang dipelopori oleh S.M. Lamb. Tata bahasa lainnya yang memperlakukan bahasa sebagai sistem unsur adalah tata bahasa tagmemik yang dipelopori oleh K. Pike. Menurut pendekatan ini setiap gatra diisi oleh sebuah elemen. Elemen ini bersama elemen lain membentuk suatu satuan yang disebut tagmem.
Murid Sapir lainnya, Zellig Harris, mengaplikasikan metode strukturalis ke dalam analisis segmen bahasa. Sarjana ini mencoba menghubungkan struktur morfologis, sintaktis, dan wacana dengan cara yang sama dengan yang dilakukan terhadap analisis fonologis. Prosedur penelitiannya dipaparkan dalam bukunya Methods in Structural Linguistics (1951). Ahli linguistik yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana inilah yang mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures (1957), yang kemudian disebut  classical theory. Dalam perkembangan selanjutnya, teori transformasi dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja yang dicetuskannya melalui Aspects of the Theory of Syntax (1965) disebut standard theory. Karena pendekatan teori ini secara sintaktis tanpa menyinggung makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis generatif (generative syntax). Pada tahun 1968 sarjana ini mencetuskan teori extended standard theory. Selanjutnya pada tahun 1970, Chomsky menulis buku  generative semantics; tahun 1980 government and binding theory; dan tahun 1993  Minimalist program.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar